KOTA BEKASI, Buserfaktapendidikan.com
Direktur Utama (Dirut) RSUD dr Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Dr. dr. Kusnanto Saidi MARS memberikan klarifikasi terkait dengan video yang viral penuhnya IDG dengan pasien DBD.
“Saya ingin mengklarifikasi dari video yang beredar, saya nyatakan bahwa video itu bukan berasal dari RSUD dan video itu benar ada di IGD-nya RSUD Kota Bekasi. Artinya bukan karyawan kita atau tim kita yang memvideokan itu,” katanya kepada media pada Selasa (07/05/24).
Lebih lanjut Kusnanto juga melakukan klarifikasi bahwa narasi video yang menyatakan bahwa kondisi IGD penuh dengan pasien Demam Berdarah (DBD) itu tidak benar. “Yang hadir ke IGD, tidak semua pasien-pasien demam berdarah,” ungkapnya.
Namun diakui Kusnanto memang ada peningkatan di IGD secara signifikan sejak 6 bulan terakhir, namun itu dengan jenis penyakit yang berbeda-beda. Pihaknya telah membuat kriteria 10 penyakit terbanyak yang datang ke IGD yaitu salah satunya Infeksi saluran pernafasan atas serta beberapa penyakit lainnya.
Sedangkan untuk kasus Demam Berdarah atau DBD, berdasarkan data yang ada di RSUD ialah 492 kasus sejak Januari 2024 hingga saat ini Mei 2024.
RSUD Kota Bekasi memiliki total ruang rawat inap ada 607 bed, dibagi dengan ruang Critical dan non Critical. Ruangan itu nanti kembali dibagi dengan Gender atau jenis kelamin serta usia.
“Hal-hal itu yang kemudian menyebabkan semua pasien yang hadir ke IGD tentunya dengan tadi 10 kriteria itu, dan pasien rata-rata ke RSUD melalui IGD itu dalam 24 jam 250 pasien sementara kapasitas IGD kami sebanyak 60 bed,” ungkapnya.
Sementara itu, Kusnanto kembali menambahkan bahwa untuk bisa masuk rawat inap per hari pasien boleh pulangkan oleh dokter sebanyak 100 pasien per hari.
Artinya masih ada yang menunggu atau delay, kita punya S.O.P berdasarkan akreditasi dari Kementerian Kesehatan 6 jam dari mulai pasien masuk, diperiksa, triase dan lainnya hingga mendapatkan hasil, berdasarkan kriteria penyakit.
“Dan nanti kita juga punya S.O.P by data memberikan informasi ke keluarga pasien apabila menunggu lebih dari 6 jam maka keluarga pasien dipanggil untuk melakukan komunikasi dengan manager on duty kami, apakah bersedia dirujuk, karena kita juga bekerjasama dengan rumah sakit baik type D maupun swasta,” katanya.
Namun, dikatakan Kusnanto, bahwa sering kali keluarga pasien menolak untuk dirujuk dengan berbagai alasan. Nah ini juga pada akhirnya terlihat pada saat itu ada penumpukan pasien seolah-olah ada di IGD RSUD Kota Bekasi.
“Padahal kami juga sudah menggunakan aplikasi SIPABOLANG, pasien yang boleh pulang oleh dokter pada rawat inap, kita antar ke 12 kecamatan secara gratis,” tukasnya.
SIPABOLANG atau (Siap Antar Pasien Boleh Pulang), bertujuan untuk mengurai kekurangan tempat tidur yang tersedia, agar alur ruangan rawat inap dapat tersedia, tutupnya. (Pas/Red)